Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 April 2011

IJASAH

Februari 2011

Daniel Dhakidae dalam Cendekiawan Dan Kekuasaan mengatakan kalau “surat kepercayaan,” kredensial tidak memiliki fungsi kecuali untuk mengesahkan sifat kealatan suatu benda, hubungan kepemilikan antar alat bahwa alat hanya mungkin bila menjadi milik alat lain dan kesepian suatu alat untuk dipakai kapan pun bila diperlukan, dalam seluruh pertalian modal. Karena itu tidak ada kata yang paling sering dipakai lembaga-lembaga penerima kerja daripada pertanyaan “apakah seseorang itu sudah siap pakai?”: apakah mahasiswa yang baru tamat universitas atau perguruan tinggi lain “siap pakai” untuk menjadi wartawan, dll. Gabungan beberapa hal itu, kredensial perguruan tinggi, dunia peralatan dan tanggapan kedunguan sebagai hasilnya – bertolak belakang dengan kesungguhan sistem perguruan tinggi di manapun.

Kredensial yang lahir dari rahim kapitalisme ini tak lain ingin mengondisikan kelas pekerja untuk tidak lagi merasa dirinya sebagai manusia yang bebas dan aktif dalam fungsi-fungsinya, kecuali fungsi hewani yang minimal untuk tetap bisa bekerja sebagai pekerja-upahan. Kemanusiaannya diinjak ke derajat mesin; sekadar alat untuk memproduksi dan mereproduksi nilai lebih bagi kapitalis. Bahkan, sekolah-sekolah sebagai aparatur utama dalam reproduksi ketundukan ini mengajarkan dan mengkuhkan ‘kebenaran’ seperti ini. Sehingga para calon angkatan kerja upahan mengganggap wajar semua ini dan percaya secara literal bahwa ini sudah sesuai dengan "amanat" dunia pendidikan. Oleh karena itu, wajar bila pekerja menuruti perintah kapitalis; wajar bila upahnya cukup hanya untuk bertahan hidup sebulan sesuai UMR; wajar bila pelajaran-pelajaran teknis mendominasi dan membuat air liur angkatan kerja menetes di sana sini; wajar bila kapitalis memperoleh keuntungan seperti sekarang; wajar bila nanti anak saya pun menjadi pekerja upahan.

Walaupun demikian, tak lantas saya urungkan niat untuk mendapatkannya. Karena  selain ada janji, saya  pun merasa perlu modal simbolik untuk masuk dalam dunia pertukaran. Seperti pekerja di sana, yang tidak dapat meminum keringat dan makan daging sendiri untuk hidup. Seperti mereka yang tidak lagi dapat mencium harum cengkeh berkualitas dan bunga anggrek Indonesia, karena bau keringat dan deru mesin yang bercampur sudah mengikis batas ruang yang memanusiakan.

Akhirnya, sesaat kita menyelesaikan proses wisuda, saya hanya bisa mengingat bahwa saya dan kamu telah disahkan segi kealatannya dalam hubungan pertukaran antara pemilik kapital dan pemilik tenaga kerja (labour power). Begitu saja..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar